Masa lalu memang sulit untuk direlakan lepas begitu saja. Mungkin karena masa lalu menyimpan banyak kenangan. Dan kenangan sesungguhnya adalah ingatan yang tereduksi angan-angan. Impian. Maka masa lalu bukan hanya ada di belakang, tetapi juga ingin kita seret ke muka: menjadikannya sebagai masa depan.
Saya selalu berkata, kenangan itu berbahaya. Kenangan itu candu. Jika ingatan adalah tentang segala yang sungguh-sungguh terjadi, kenangan adalah ingatan akan hal-hal yang pernah terjadi sebagaimana kita ingin mengingatnya. Kenangan memberikan kesan seolah-olah masa lalu–suatu hari nanti, akan menjadi masa depan kita. Inilah yang membuat kita, tanpa sadar, merasa bahwa kita sedang bergerak maju—dan lupa bahwa ada beban berat yang masih terseret-seret di belakang.
Beban ini bukan hanya membuat langkah kita lamban. Tapi juga menyulitkan. Ketika kita harus maju dengan berenang, beban berat ini akan menyeret kita tenggelam. Di kala kita harus mendaki tebing curam untuk sampai ke tujuan, beban berat ini akan menyeret kita jatuh ke dalam jurang.
Terkadang, kita sayang membuang beban masa lalu. Sudah terlalu lama ia menjadi bagian dari perjalanan kita. Sudah sejauh ini kita berjalan dengan menyeret-nyeretnya di belakang. Kita toh masih baik-baik saja. Mungkin kita takut merasa kehilangan. Kita takut merasa tidak lengkap. Sama seperti mengangkat tas yang terasa ringan. Lalu kita menjadi ragu-ragu: apakah ada sesuatu yang ketinggalan?
Maka sebagian dari kita terus memilih untuk berjalan dengan menyeret-nyeret beban masa lalu di belakang. Terkadang, kita sengaja berdiri di pinggir jurang agar beban masa lalu itu menarik kita kembali ke saat-saat itu: saat-saat di mana kita paling menginginkannya.
Selamat datang di dunia kenangan: di sini, semua orang tidak benar-benar hidup. Mereka bermimpi. Setelah sekian lama, sebagian orang terbangun dari mimpi mereka, memutuskan untuk memotong beban masa lalu, kemudian mendaki maju untuk hidup dalam kenyataan. Sebagian lagi masih menikmati ilusi, terus bermimpi, dan tak pernah bangun-bangun lagi.
0 komentar:
Posting Komentar